... Join Us On Facebook

Sabtu, 11 Maret 2017

TN MaTaLaWa Sebagai Salah Satu Pusat Studi Kawasan Monsoon dan Destinasi Ekoturisme Sumba

Sabtu, 11 Maret 2017



Waingapu, 28 Februari 2017. Kepala Badan Litbang dan Inovasi berserta Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan kunjungan kerja selama 3 (tiga) hari sampai dengan tanggal 28 Februari 2017. Kunjungan dititikberatkan pada kunjungan lapangan di KHDTK Hambala dan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (MaTaLaWa) dengan maksud untuk membangun inisiasi penelitian terpadu dalam rangka pengembangan perhutanan sosial dan perlindungan serta konservasi alam termasuk wisata alam.

Pada saat kunjungan ke KHDTK, Kabadan Litbang dan Inovasi KemenLHK, Dr. Henry Bastaman, M.ES menjelaskan bahwa perlunya rencana pengelolaan penelitian dengan desain pengembangan yang mengakomodir karakteristik lokal.

Kunjungan ke TN MaTaLaWa dilakukan dalam rangka pengembangan wisata alam, peningkatan ekonomi masyarakat lokal dan mencoba aktivitas Birdwatching di Langgaliru, Blok hutan Padiratana. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim, Dr. Bambang Supriyanto, M.Sc dalam diskusi kecil mengatakan bahwa ada 4 (empat) hal penting yang bisa dijadikan pijakan bagi pengembangan Balai TN MaTaLaWa; 1) Desa-desa sekitar kawasan TN MaTaLaWa memiliki karakteristik yang berbeda dengan desa di provinsi lain seperti Jawa dan Sumatera, oleh karena itu dengan mengeksplorasi lebih jauh tipologi desa sekitar kawasan TN MaTaLaWa maka akan diperoleh hal menarik yang bisa dikembangkan untuk pengembangan perhutanan sosial dan konservasi termasuk wisata alam; 2) Keterkaitan antara iklim mikro dan hutan Monsoon di kawasan TN MaTaLaWa berpotensi sebagai objek penelitian yang menarik; 3) Keberadaan savana pada lansekap hutan TN MaTaLaWa memiliki karakteristik tersendiri dalam membentuk ekosistem hutan Monsoon, sehingga perlu dikaji lebih jauh apakah keberadaannya memang sudah sedari dulu atau memang karena adanya campur tangan manusia/anthropogenik; 4) Semestinya TN MaTaLaWa dapat dijadikan sebagai salah satu sumber “Referensi Wallacea”.

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Balai TN MaTaLaWa, Maman Surahman, S.Hut.,M.Si menambahkan bahwa keterlibatan masyarakat sekitar kawasan harus berpedoman pada prinsip “alih profesi, alih komoditi dan alih lokasi”. Dengan menggunakan prinsip tersebut maka dapat dipilah-pilah berbagai bentuk kebijakan dari Balai TN MaTaLaWa dalam hal pengembangan bentuk-bentuk Model Desa Konservasi yang bertujuan untuk peningkatan ekonomi masyarakat lokal.

Pertemuan terakhir dengan rombongan Kabadan Litbang dan Inovasi KemenLHK adalah melalui kegiatan pembinaan pegawai. Pada kesempatan ini pegawai TN MaTaLaWa banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman mengenai jenjang dan pola karir di KemenLHK. Selain itu dibahas pula mengenai salah satu program utama KemenLHK dalam memberikan akses seluas 12,7 juta Hektar lahan hutan kepada rakyat serta sejauh mana peran hutan konservasi dalam menyokong kebijakan tersebut. Terakhir Kabadan Litbang dan Inovasi berpesan bahwa menurut pengamatan beliau kedepannya KemenLHK akan banyak dipimpin oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki kompetisi pengalaman dilapangan, sehingga di dalam mengambil berbagai keputusan dan kebijakan, pejabat tersebut mengetahui betul keadaaan dan hal-hal terkait teknis dilapangan.

Sumber: 
http://ksdae.menlhk.go.id/berita/359/tn-matalawa-sebagai-salah-satu-pusat-studi-kawasan-monsoon-dan-destinasi-ekoturisme-sumba.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
◄| Rumah | Tentang Kami | Copyright © 2012 - Laiwangi Pos | Powered by Blogger | Design by Blogbulk - Pocket | Distributed by Deluxe Templates | Galeri Foto | Hubungi Kami | ►