... Join Us On Facebook

Jumat, 07 April 2017

Directorate of Environmental Services - Ministry of Forestry

Jumat, 07 April 2017

Directorate of Environmental Services - Ministry of Forestry


Posted: 07 Apr 2017 02:33 AM PDT
In the effort to develop Plan Vivo Project Idea Note (PIN) and Project Design Document (PDD) it is required to have based line information on biodiversity ecosystem services (BES) and socio economic status (SES) of the villages which manage the two selected forest areas; customary forest of Punan Adiu and village forest of Nanga Lauk. The objectives of the activities are to understand the socio-economic and biological as well as ecosystem status of the project sites and to identify indicators to be used to monitor project impact.

The information on biodiversity and ecosystem was collected through participatory biodiversity assessment (PBA) while the socio-economic was assessed through the focused group discussion (FGD). Both assessments were conducted with four replications in August 2016.
The assessment in Punan Adiu indicated that there are at least six types of ecosystems in customary forest; lowland Dipterocarp forest (0-<300 m a.s.l.), secondary lowland Dipterocarp forest (0-<300 m a.s.l.), hill and sub-montane Dipterocarp forest (300-<900 m a.s.l.), secondary hill and sub-montane Dipterocarp forest (300-<900 m a.s.l.), water, other ecosystems such as shrub, regrowth, shifting cultivation area, smallholder agriculture and grassland.  The major ecosystem services in this area consist of three groups (1) provisioning services which include food, water, medicine, wood, wildlife and  NTFP (rattan, fruits, medicinal plants and else), (2) regulating services such as micro climate and hydrological function and (3) cultural services which include legendary site on the top of the Adiu montane as habitat for mystical fish species, a cave where mystical tiger occur, upstream Adiu river and the water fall (see the report of Punan Adiu).
On the other site, village of forest of Nanga Lauk suggests to have seven ecosystem types which cover of peat swamp forest, secondary peat swamp forest, riparian forest, secondary riparian  forest, wetland, water, and other ecosystem such as shrubs, shifting cultivation, smallholder agriculture and grassland. The major ecosystem services provided by the forest are provisioning services and regulating services (see the report of Nanga Lauk).
[teks | ©PJLHK | 06042017 |ts]
Posted: 07 Apr 2017 01:47 AM PDT
April merupakan bulan yang memiliki nilai penting bagi Taman Nasional Tambora. Di bulan inilah Festival Tambora digelar dan tahun ini adalah untuk ke tiga kalinya, festival tersebut diselenggarakan. Ini sebagai wujud pelaksanaan amanat Presiden RI yang disampaikan pada puncak peringatan "Dua Abad Tambora Menyapa Dunia" pada tanggal 11 April 2015 lalu di lapangan Doro Ncanga,dimana Festival Tambora diharapkan menjadi acara tahunan masyarakat Nusa Tenggara Barat.
11 April 2015 saat puncak peringatan  tersebut, menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Taman Nasional Tambora. Saat itulah Presiden RI meresmikan Taman Nasional Tambora seluas 71.645,64 Ha, yang merupakan gabungan dari yaitu Cagar Alam, Suaka Margasatwa dan Taman Buru Tambora menjadi. Launching Festival Pesona Tambora 2017 telah dilaksanakan di Hotel Dharmawangsa Jakarta pada tanggal 23 Maret 2017, dengan mengusung tema "Investasi Guna Mendorong Pertumbuhan Pariwisata Pulau Sumbawa".
Dalam perhelatan akbar yang diselenggarakan dari tanggal 1 sd 17 April tersebut ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan sebagai rangkaian festival antara lain :
  • Gemar makan ikan tanggal 1 April 2017
  • Cera Labu tanggal 4 April 2017
  • Festival lawa soro tanggal 4 April 2017
  • Pengibaran bendera di Kaldera Tambora tanggal 6 sd 10 April 2017
  • Jambore Konservasi Pesona Tambora tanggal 8 sd 13 April 2017
  • Tambora Challege 32 Km tanggal 8 April 2017
  • Trail Wonderful Tambora tanggal 8 April 2017
  • Sepeda Wisata tanggal 9 April 2017
  • Pesona Puru Jago tanggal 9 April 2017
  • Pesona Rimpu tanggal 10 April 2017
  • Mbaju Ndiha dan Kareku Kandei tanggal 10 April 2017
  • Festival Kopi Tambora (Ngaha Timbu Rawa Mbojo) tanggal 10 April 2017
  • Malam Renungan dan Dzikir Akbar tanggal 10 April 2017
  • Acara Puncak FPT tanggal 11 April 2017
  • Sapu Gunung Tambora tanggal 13 April 2017
  • Katente dan Gondo Tembe tanggal 17 April 2017
Balai Taman Nasional Tambora sebagai tuan rumah, ikut ambil bagian dalam  festival dengan menggelar kegiatan yaitu:
Wana Trail Tambora
Bertujuan untuk membangun jiwa kebersamaan dalam menumbuhkan rasa kepedulian untuk menyelamatkan lingkungan dan menjaga kelestarian Taman Nasional Tambora. Acara ini diikuti kurang lebih 50 peserta yang berasal dari berbagai unsur seperti LSM pemerhati lingkungan, perwakilan Club Terabas Kabupaten Dompu dan Bima, perwakilan TNI dan Kepolisian termasuk pegawai Balai Taman Nasional Tambora.
Wana Trail Tambora 2017 berlangsung selama tiga hari, 19 sd 21 Maret 2017. Kegiatan ini membawa misi "penyelamatan lingkungan melalui kebersamaan". Peserta Wana Trail Tambora 2017 mengelilingi kawasan taman nasional, melintasi 12 desa dan 4 kecamatan lingkar Taman Nasional Tambora dengan total panjang rute + 237 Km, dan akan terbagi menjadi beberapa etape, yaitu:
Etape I : Kantor Balai Taman Nasional Tambora – Desa Kore dan Piong
Etape II :  Desa Piong – Desa Kawindato'i
Etape III : Desa Kawindato'I – Desa Pekat (Dusun Pancasila)
Etape IV : Desa Pekat (Dusun Pancasila) – Resort Doro Ncanga (Desa Soritatanga)
Etape V : Resort Doro Ncanga (Desa Soritatanga) – Desa Kempo
Etape VI : Desa Kempo – Kota Dompu
Dalam setiap etape peserta akan melalukan interaksi dengan masyarakat desa sekitar untuk melalukan kegiatan penanaman 1.000  sd 2.000 bibit, bakti lingkungan pada beberapa fasilitas umum (kantor kecamatan, puskemas pembantu, sekolah, tempat ibadah dan lain-lain) di sepanjang rute yang dilalui, serta melalukan sosialisasi akan pentingnya menjaga kawasan hutan Taman Nasional Tambora.
Jambore Konservasi Pesona Tambora
Merupakan wahana untuk mendidik generasi muda akan pentingnya penyelamatan lingkungan hidup termasuk hutan. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 8 sd 13 April 2017 diikuti 500 peserta perwakilan anggota pramuka se-NTB. Selama kegiatan jambore peserta akan mengikuti beberapa kegiatan yang bernilai pendidikan konservasi dan lingkungan (bakti sosial/lingkungan, penanaman, dll) termasuk mengenalkan Taman Nasional Tambora.
Jelajah Alam Pesona Tambora
Aktivitas ini akan melintasi hutan di dalam kawasan Taman Nasional Tambora dengan berjalan kaki secara ber-regu. Total panjang track yang akan  lintasi peserta + 15 Km. Lomba ini akan memperebutkan trophy Gubernur NTB dan uang pembinaan serta berbagai jenis doorprize. Kegiatan ini rencananya akan diikuti 1.000 orang peserta. Peserta berasal dari kelompok pencinta alam, pelajar, anggota pramuka, perwakilan instansi di Kab. Bima dan Dompu serta masyarakat umum.
Sapu Gunung
Kegiatan sapu gunung merupakan ajang kepedulian terhadap lingkungan. Sapu gunung rencananya akan diikuti + 500 orang anggota pramuka, masyarakat sekitar, para pencinta alam dan penggiat lingkungan. Kegiatan ini akan difokuskan pada pembersihan sampah Festival Tambora disepanjang jalur pendakian Doro Ncanga dan dilokasi utama festival pesona tambora (lapangan Doro Ncanga). Melalui kegiatan ini diharapkan peserta dan masyarakat umum memiliki kepedulian terhadap lingkungan yang memiliki peran penting bagi kehidupan sehingga harus  dijaga dan dilestarikan.
 [teks&foto | ©PJLHK |06042017 |denyrahadi]

0 komentar:

Posting Komentar

 
◄| Rumah | Tentang Kami | Copyright © 2012 - Laiwangi Pos | Powered by Blogger | Design by Blogbulk - Pocket | Distributed by Deluxe Templates | Galeri Foto | Hubungi Kami | ►