... Join Us On Facebook

Rabu, 09 Agustus 2017

Rangkaian Workshop Mengisi Peringatan HKAN Tahun 2017

Rabu, 09 Agustus 2017

Directorate of Environmental Services - Ministry of Forestry


Posted: 09 Aug 2017 10:36 PM PDT
Pengelolaan/Recycle Sampah
Fasilitator : Ditjen Sampah, Limbah dan B3 dan Bambang (IUPSWA PT. Murinda), Trash Bag Community

Pengelolaan Recyce Sampah menjadi salah satu tema hangat yang dibahas dalam workshop tersebut dengan narasumber berasal dari Trashbag Community, yaitu sebuah komunitas yang menggalakkan kampanye Gunung bukan tempat sampah dan mempunyai visi menjadikan gunung-gunung di indonesia bebas sampah. Dengan mengkampanyekan dan menerapkan prinsip zero waste, trashbag community berharap, para penggiat kegiatan alam bebas semakin menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama gunung-gunung tempat mereka beraktivitas.

Workshop berjalan dengan menarik, dengan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan dan sharing pengalaman diri daerah masing-masing tentang bagaimana menangani dan mengelola sampah tidak hanya selama berkegiatan di alam bebas tetapi juga di lingkup rumah tinggal masing-masing. Operasi bersih gunung dan kampaanyepenyadartahuan masih menjadi salah satu kegiatan utama para penggiat alam bebas sebagai upaya menjaga kebersihan gunung.  Salah satu hal yang masih menjadi pekerjaan rumah untuk semua pihak adalah bagaimana pengelolaan sampah yang ada selanjutnya, karena kegiatan ini tidak cukup hanya sampai dibawa turunnya sampah-sampah dari gunung. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan semua pihak, demi terwujudnya hutan gunung indonersia bebas sampah.
Kepemanduan Wisata Alam
Fasilitator;  Kisma Donna Wijaya (HPI Banyuwangi) dan Julianti Siregar (Direktorat PJLHK)

Saat ini, industri pariwisata alam semakin diminati masyarakat luas. Kawasan konservasi dengan 54 Taman Nasional dan 123 Taman Wisata Alam, memiliki potensi yang luar biasa dalam industri ini. Keindahan alam, fenomena alam, keindahan tumbuhan dan aktivitas satwa, serta kearifan lokal dan seni budaya setempat, menjadi obyek dan daya tarik wisata alam yang memiliki peluang tinggi untuk dikembangkan. Potensi ODTWA tersebut sudah dikelola untuk tujuan pariwisata alam. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan wisata alam, diperlukan kemampuan kepemanduan bagi para pengelola dan pegiat wisata alam lainnya. Wisatawan saat ini berkunjung ke TN/TWA tidak sekedar melihat keindahan alam. Namun ada hal yang lain yang ingin mereka dapatkan, yaitu pengetahuan tentang obyek yang dilihat. Untuk itulah, interpretasi menjadi bagian penting dari kepemanduan.

Seorang pemandu yang baik akan memiliki pengetahuan tentang obyek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan yang mereka dampingi. Pengetahuan tersebut menjadi syarat wajib agar para pemandu dapat menjelaskan obyek wisata tersebut dengan baik, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari wisatawan. Selain pengetahun, seorang interpreter juga harus memiliki teknik berinterpretasi. Ia harus dapat menjelaskan dengan bahasa yang baik dan benar, dibarengi gesture tubuh yang santun sehingga wisatawan akan merasa puas. Kepuasan ini akan menjadi media promosi bagi wisatawan lain yang disampaikan dari mulut ke mulut, juga melalui media lain.
 [teks&foto] ©PJLHK | 09102017 |PJPUB]
Posted: 09 Aug 2017 10:31 PM PDT
Fotografi
Fasilitator ; Simon Onggo (Biro Humas Kementerian LHK), Janur Wibisono (Biro Humas Kementerian LHK)
Sebagaimana tulisan, foto merupakan elemen penting untuk promosi konservasi alam yang ditujukan untuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang kawasan konservasi dan isu-isu konservasi. Sehingga pengetahuan masyarakat semakin meningkat, diiringi dengan meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kawasan konservasi. Peserta memperoleh teknik dasar fotografi yang mencakup tiga segi tiga fotografi; aperture (diafragma), speed (kecepatan) dan iso (pencahayaan). Fasilitator juga menjelaskan bahwa untuk memotret satwa, maka seorang fotografer harus mengenali jenis satwa yang difoto.
Apresiasi sesi fotografi diberikan untuk : Agung Flur (BKSDA Jateng), Ari (Mapala SilvaGama) dan Silvi (BKSDA Sulawesi Utara)
Videografi
Fasilitator : Zainal (Trans 7) dan Agusta (JTV Banyuwangi)

Sesi pembuatan videografi menghadirkan fasilitator; Agusta (JTV Banyuwangi) dan Zainal (Trans Media) dengan peserta yang mengikuti sesi ini berjumlah 51 peserta. Acara workshop berjalan dengan seru, antusiasme peserta sangat besar ditunjukkan dengan acara yang berjalan interaktif.
Fasilitator sharing pengalaman masing-masing bagaimana membuat video yang baik. "Karya hebat terkadang berasal dari ide sederhana" ungkap Agusta pada waktu sharing pengalaman tentang lomba Video Kreatif 2017 yang diselenggarakan Pemkab Banyuwangi.Lomba video kreatif tahun ini diikuti oleh 70 Desa di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang menampilkan potensi dan budaya daerah masing-masing. " Gali ide dari potensi yang ada disekitar kita" imbuhnya.
Pada sesi selanjutnya, zainal sebagai narasumber kedua menjelaskan bahwa objek-objek disekitar kita bisa menjadi produk jurnalistik."Objek tersebut harus unik dan natural seperti satwa yang bergerak, dikarenakan kekuatan dari video adalah objek yang bergerak" jelas zainal. "Yang terakhir dan yang paling penting adalah komunikasikan karya teman teman ke media biar semua orang tahu" tambahnya.

Dengan perkembangan teknologi videografi saat ini, tidak ada alasan bagi penggiat konservasi untuk tidak bekerja secara kreatif untuk kepentingan konservasi alam.
Apresiasi untuk sesi videografi diberikan kepada;  Fadli (BKSDA Sumsel) dan Slamet Aryadi (Balai TN Tanjung Puting)
 [teks&foto] ©PJLHK | 09102017 |PJPUB]
Posted: 09 Aug 2017 10:21 PM PDT
Memasuki hari  ke dua peringatan Hari Konservasi Alam Nasional 2017, semakin banyak acara yang diselenggarakan panitia untuk peserta perayaan HKAN. Salah satunya adalah penyenggaraan workshop bagi peserta jambore konservasi nasional yang mengundang narasumber dari berbagai bidang kegiatan yang terkait dengan konservasi dan kegiatan di alam bebas. Workshop ini dibagi ke dalam 5 kelompok kecil dimana masing-masing kelompok membahas tema yang berbeda dan dilakukan secara paralel; travel writer, fotografi alam, videografi, pengelolaan limbah sampah dan kepemanduan wisata alam. Dalam hal ini, peserta memilih workshop yang diikuti sesuai minatnya. Workshop ini ditujukan agar peserta HKAN 2017 memperoleh bekal dasar sebagai pegiat alam, untuk memiliki keterampilan dalam bidang promosi konservasi alam dan pelayanan pengunjung  wisata alam. Dengan bekal ini, sangat diharapkan agar peserta memanfaatkannya untuk menyebarluaskan isu konservasi alam kepada masrakat luas. Secara umum, workshop berjalan lancar dan semua peserta sangat antusias mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh masing-masing fasilitator.
Travel Writer
Fasilitator : Harley Bayu Sastha (pegiat alam dan penulis beberapa buku) dan Tri Winarni (pengelola Buletin Konservasi Alam, Direktorat PJLHK).

Untuk sesi ini, diikuti sekitar 50 peserta berasal dari perwakilan Balai Taman Nasional/Balai Konservasi Sumber Daya Alam, Kelompok Pecinta Alam dan Kader Konservasi. Beberapa peserta sudah memiliki pengetahuan teknik dasar menulis dan mempunyai pengalaman menulis. Pada sesi ini fasilitator menyampaikan untuk genre travel writing dengan gaya bahasa yang digunakan adalah populer atau dikenal sebagai feature. Gaya bahasa ini memberikan keleluasaan pada penulis untuk menyampaikan pesannya sebagaimana orang bertutur kata, namun tetap jujur dan dapat dipercaya. Yang perlu diperhatikan adalah pemilihan kata atau diksi, alur tulisan, serta prinsip dasar menulis yang mencakup 5W+1H (who, when, where, what, why dan how). Fasilitator juga membahas langkah-langkah dalam menulis yang terbagi menjadi tiga tahap;
  1. Persiapan sebelum melakukan perjalanan ; melakukan riset baik dari cerita teman, website, perpustakan; menentukan tema utama tulisan dan beberapa sub tema; membuat kerangka tulisan; memastikan bahwa alat tulis, perekam dan kamera dalam kondisi siap untuk digunakan; perlengkapan pribadi sesuai kondisi tempat tujuan
  2. Saat perjalanan; menikmati perjalanan dengan mengoptimalkan semua panca indera; mendapatkan informasi sesuai tema utama dan tema-tema tambahan; memastikan bahwa informasi yang diperoleh adalah benar dan up to date melalui wawancara dengan narasumber yang dapat dipercaya, referensi buku, dll; mengambil foto sebanyak mungkin sebagai pelengkap tulisan. Pada tahap ini, jika kondisi dalam perjalan tidak sesuai harapan maka penulis harus jeli untuk mendapatkan obyek peliputan lain yang menarik
  3. Paska perjalanan; memilah informasi yang relevan dengan tema utama; menulis sesegara mungkin agar tidak lupa; mengedit; memposting tulisan baik melalui medsos pribadi maupun dikirim ke penerbit media cetak/media elektronik

Dengan menulis, fasilitator berharap agar peserta sebagai pegiat konservasi alam, dapat menyebar luaskan isu-isu konservasi kepada masyarakat luas. Sehingga masyarakat semakin memahami aksi-aksi nyata konservasi di lapangan, pada akhirnya mau berpartisipasi aktif dalam melestarikan hutan.
Di akhir acara, peserta mendapat tugas untuk menulis singkat dengan tema HKAN 2017. Dan pada kegiatan fiedtrip yang diselenggarakan usai workshop, peserta diberi tugas untuk menulis singkat tentang perjalan tersebut.
Berikut 6 tulisan terbaik untuk sesi kelas mulai dari urutan tertinggi: Selamet Tamsir (Balai TN Kutai), Indah Sulistyowati (Balai TN Meru Betiri); Brian (BBKSDA Papua Barat), Kartika Listiondari (Balai TN Tesso Nilo), Suparman (Balai TN Tanjung Puting)
Untuk tulisan hasil kegiatan fieldtrip penghargaan disampaikan kepada : Stefanus Luon (Balai TN Kelimutu), Jamal Adam (Kader Konservasi Balai TN Aketajawe Lolobata), Kadek Eka Sastrawan (Balai TN Bali Barat).
 [teks&foto] ©PJLHK | 09102017 |PJPUB]

0 komentar:

Posting Komentar

 
◄| Rumah | Tentang Kami | Copyright © 2012 - Laiwangi Pos | Powered by Blogger | Design by Blogbulk - Pocket | Distributed by Deluxe Templates | Galeri Foto | Hubungi Kami | ►